Archive for 2010-05-23
5 Gunung Berbahaya di Bumi
1. Chaiten
Terletak di Chile Selatan, tepi kaldera mencapai 1.122 meter di atas permukaan laut dan berjarak 3 km dengan diameter. Gunung berapi Chaiten mulai meletus pada Mei 2008. Kekuatan letusan itu meningkat secara signifikan menghasilkan aliran piroklastik dan lava ledakan. Pada bulan Februari 2009 yang sebagian disebabkan runtuhnya kubah lebih lanjut piroklastik mengalir turun melalui lembah sungai.
2. Mayon
Gunung Mayon terletak di provinsi Albay, di Luzon, di Filipina. Bagian dari Cincin Api Pasifik, merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di Filipina telah meletus lebih dari 49 kali dalam 400 tahun terakhir.
3.Etna
Terbesar dari tiga gunung berapi aktif di Italia berdiri pada 3.329 meter di atas permukaan laut di pesisir timur Sisilia. Salah satu gunung berapi yang paling aktif di dunia, Gunung Etna adalah dalam keadaan hampir konstan kegiatan. Yang paling terakhir adalah letusan abu pada April 2010.
4. Nyiragongo
Gunung Nyiragongo terletak di Taman Nasional Virunga di Republik Demokratik Kongo. Kawah utama sekitar 2 km lebar. Sejak 1882 itu telah meletus sedikitnya 34 kali. Nyiragongo lava mengalir ras menurun dengan kecepatan hingga 60 mph.
5.Whaakari
White island terletak 28km dari biaya timur Pulau Utara Selandia Baru. Letusan di sini telah menghasilkan aliran lava baik dan ledakan abu. letusan Mayor di 1981-1983 banyak mengubah lanskap, dan ada letusan lebih lanjut pada tahun 2000 dan 2001.
Saturday, 29 May 2010
Sabuk Yupiter Hilang satu
Foto yang diambil oleh astronom amatir asal Australia menunjukan sabuk awan raksasa di sebelah selatan planet Jupiter telah hilang. Dalam foto yang diambil Anthony Wesley tersebut tidak tampak lagi kumpulan awan berwarna kemerahan yang sebelumnya membentuk sabuk raksasa tersebut.
Meskipun salah satu sabuk awannya menghilang, ciri khas Jupiter yakni Great Red Spot, yang merupakan badai besar yang ukurannya dapat memuat dua kali planet bumi, tidak turut menghilang. Red Great Spot tersebut tetap terlihat mendampingi sabuk awan lainnya yang terletak di sebelah utara khatulistiwa Jupiter.
"Ini membuktikan kepada para pengamat Jupiter bahwa planet tersebut telah memasuki siklus menghilangnya sabuk tersebut. Kini Jupiter kembali tertutupi matahari selama beberapa bulan sejak Maret 2010," ungkap Wesley.
Menurutnya, setelah nanti Jupiter kembali menjauhi matahari, kesempatan untuk memotret lebih jelas penampakan Jupiter akan kembali muncul.
"Nantinya ada kesempatan untuk mengambil foto yang lebih baik dan juga kemungkinan menyaksikan munculnya kembali sabuk awan di sebelah selatan Jupiter tersebut. Meskipun demikian tidak ada yang dapat memastikan kapan sabuk tersebut benar-benar kembali muncul akibat mudahnya planet Jupiter mengalami badai yang menyingkirkan awan-awan penghalang untuk kembali memunculkan sabuk raksasa tersebut," tambah Wesley.
Foto Jupiter yang diambil Wesley tersebut juga dirilis oleh komunitas pengamat planet, The Planetary Society, di California, Amerika Serikat. Menurut komunitas tersebut, Jupiter mengalami siklus kehilangan sabuk-sabuk raksasanya setiap tiga hingga 15 tahun sekali.
"Jupiter dengan hanya satu sabuk sama seperti Saturnus yang kadang kala terlihat tanpa cincinnya untuk sementara waktu. Hal itu hanya masalah tidak benarnya penglihatan kita," papar seorang astronom lain, Bob King, di Duluth, Minnesota, Amerika Serikat
Tuesday, 25 May 2010
Ufo Berbentuk Cincin
Keluarga Coonan mengamati benda itu melayang dan kemudian menghilang. “Bentuknya asing...seperti ikan paus di udara, dan kemudian benda ini tampaknya berubah ukuran menjadi seperti telur dan terus berputar hingga bertambah tinggi,” kata Vicky Coonan.
Setelah beberapa penelitian, peramal cuaca senior di Biro Meteorologi AS Gavin Holcombe mengidentifikasikan UFO itu. “Benda itu sebenarnya cincin asap (smoke rings),” kata Holcombe.
Fenomena tidak biasa itu dikenal sebagai ‘cincin pusaran’ dan dapat terbentuk di atmosfir karena naiknya massa udara hangat yang dikenal dengan nama thermal microburst.
“Mereka seperti asap hitam di bawahnya yang saya pikir ada sesuatu yang meledak,” kata nyonya Coonan.
Cincin pusaran paling dikenal adalah cincin uap yang sangat besar yang terkadang hadir di gunung berapi Etna, Italia. ‘Halo’ ini dilaporkan tampak satu kilometer di atas gunung api dan berukuran sekitar 200 meter
Persiapan 2012
Data geologi menunjukkan sejak 3,5 miliar tahun lalu bumi melalui beberapa kali proses kehancuran dan setelah itu muncul kehidupan baru.
Setiap kali terjadi pemusnahan spesies, akan muncul kehidupan baru yang sama sekali berbeda dengan yang sebelumnya. Pemusnahan terbesar terjadi 250 juta tahun yang lalu di mana 97% spesies kehidupan musnah. Peristiwa ini dikenal sebagai the mother of all extinction.
Mengapa 250 juta tahun yang lalu terjadi peristiwa pemusnahan spesies secara global? Seperti halnya bumi yang mengelilingi matahari secara penuh selama 1 tahun, demikian juga tata surya kita mengelilingi pusat galaksi secara penuh setiap 250 juta tahun.
Hal yang mempengaruhi adalah kehadiran galaksi kerdil yang disebut Sagitarius. Pada saat galaksi itu melewati tata surya kita terjadi bombardment meteor yang juga masuk gravitasi tata surya, di mana bumi kita berada.
Diperkirakan tahun 2012-2013, galaksi kerdil Sagitarius akan kembali melewati tata surya kita, sehingga diperkirakan peristiwa 250 juta tahun lalu akan terulang kembali. Penelitian komprehensif tentang hal ini dilakukan olah Rhawn Joseph Ph.D yang di dokumentasikan dan dapat dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=VgZzQc9oCwY&feature=channel.
Jika solar maksimum terjadi berdekatan atau bersamaan dengan melintasnya galaksi Sagitarius maka akan menimbulkan efek berantai yang dahsyat bagi kehidupan. Hujan meteor terjadi di mana-mana dan akibatnya menyebabkan bumi akan mendingin akibat nuclear winter.
Apakah manusia bisa mempersiapkan diri dan menghindar akibat yang ditimbulkan oleh solar maksima dan hujan meteor?.
Persiapan negara super power
Beberapa negara termasuk PBB ternyata telah mengantisipasi hal itu. Bersama Pemerintah Norwegia, PBB menyiapkan bunker bawah tanah untuk menyimpan jutaan bibit tanaman dalam ribuan container. Dokumentasi tentang hal ini dapat dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=lXW_vzQppGI.
Pemerintah Norwegia sendiri telah membangun dan memilki fasilitas bunker semacam ini untuk menampung kira-kira 2 juta orang sebagai perlindungan jika malapetaka akibat solar maksima, meteor serta tsunami terjadi.
Bagaimana dengan Amerika?. Ternyata Amerika jauh hari telah mempersiapkan diri dengan membuat begitu banyak bunker sebagai persiapan apabila “D day” tiba.
Penelitian penting tentang persiapan rahasia menghadapai malapetaka yang akan datang dilakukan oleh Jesse Ventura dan timnya yang di dokumentasikan sebagai film dokumenter yang dapat dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=sm54OTiTR6E.
Bagaimana dengan Indonesia? Sudahkah negara kita menyiapkan diri? Jika pemerintah belum melakukan sesuatu, apakah kita harus bergantung pada pemerintah ataukan melakukan bersama secara swadaya?
Apa yang perlu kita lakukan
Kita punya pilihan. Bersikap skeptik tanpa melakukan penelitian lebih lanjut. Pilihan kedua adalah mempelajari data-data yang telah ada, dan berupaya mengenal pola yang terjadi di masa lalu, untuk melihat apa yang akan terjadi di masa depan.
Sebagai seorang earth scientist saya tidak mau mempercayai begitu saja apa kata orang sebelum melakukan penelitian pribadi atas data dan informasi yang telah begitu banyak tersedia.
Hasil studi literatur selama 5 tahun terakhir ternyata menunjukkan bahwa data yang diungkapkan bukan karangan tetapi sangat logis. Dengan reason yang kuat dan pola yang pernah terjadi di masa lalu dengan cukup meyakinkan, tidak ada hal yang lebih baik untuk memperkirakan keadaan masa depan dengan mempelajari masa lalu.
The present is the key to the past and the past is the key to the future.
*) Richard Claproth adalah lulusan geologi ITB dan pakar ilmu bumi bergelar Ph.D dari University of Wollongong Australia. Pria yang meyakini sains dan spiritualitas benar-benar bisa selaras ini, juga penerima beasiswa dari UNESCO di International Institute for Research in Geothermal Science Pisa Italia.
Sebuah senyawa aneh ditemukan menyebar di awan antarbintang galaksi Bima Sakti
Senyawa ini merupakan campuran dari elemen hidrogen dan fluorin dan bisa digunakan sebagai rambu bagi para astronom untuk melacak hidrogen di alam semesta, kata peneliti.
“Hydrogen fluoride mungkin akan menjadi lebih dari pelacak molekul hidrogen yang tersembunyi dibandingkan kebanyakan molekul yang sering muncul,” kata anggota tim peneliti Edwin Bergin dari University of Michigan di Ann Arbor, Michigan.
Ini karena molekul hydrogen fluoride dapat ditemukan di gas awan antarbintang dengan berbagai ukuran, dan tidak hanya yang paling besar. Molekul ini terkadang dapat pula ditemukan di bumi sebagai gas kuning pucat yang melekat di debu gunung api yang baru meletus, berdasarkan data Survei Geologi Amerika Serikat.
Hydrogen Fluoride yang panas pertamna kali ditemukan di luar angkasa oleh Observatorium Luar Angkasa Inframerah milik ESA pada 1997. Namun penemuan terbaru dari observatorium Herschel merupakan pendeteksi pertama dari hydorgen fluoride dingin dan menunjukkan sebagian besar fluorin di awan yang mengandung molekul hidrogen bercampur menjadi satu, kata peneliti.
Konfirmasi perkiraan soal ini telah dibuat tim observasi lima tahun lalu dan juga melaporkan pada para astronom mengenai cara baru untuk melacak hidrogen di galaksi Bima Sakti ini.
Hidrogen, unsur yang paling melimpah di alam semesta, telah membentuk tiga perempat dari materi reguler alam semesta. Tapi pada temperatur rendah, hidrogen cenderung menjadi pasangan molekul yang tidak siap memancarkan radiasi sehingga molekul tidak dapat dideteksi oleh teleskop astronom.
Penemuan molekul di galaksi Bima Sakti ini adalah salah satu dari beberapa penemuan oleh teleskop luar angkasa yang diumumkan oleh Agensi Luar Angkasa Eropa minggu lalu
Supernova Baru
Dua supernova yang redup tidak seperti ledakan bintang lain sebelumnya kemungkinan telah meledak dengan cara yang sama ataupun berbeda. Namun dari sisi lain, keduanya telah menghasilkan cara kematiannya yang benar-benar baru.
Supernova sendiri merupakan ledakan keras yang mengindikasikan kematian sebuah bintang. Para ilmuwan meyakini bintang-bintang selama ini meledak dengan dua cara utama.
Cara pertama yakni dengan runtuhnya inti bintang yang besarnya delapan kali ukuran matahari secara mendadak sehingga menyembur keluar. Cara kedua adalah bintang kecil yang menyedot material-material di sekitarnya yang akhirnya meledak setelah mengumpulkan massa material yang banyak.
Namun supernova SN2005E akhir-akhir ini tampak tidak lagi mengikuti kebiasaan tersebut. Supernova ini menghasikan ledakan bagian-bagian tubuhnya meskipun masih memiliki sifat umum model runtuhnya inti supernova.
Para peneliti memperkirakan bahwa 2005E mengeluarkan sekitar sepertiga dari massa matahari ketika meledak. Jumlah itu jauh lebih kecil daripada supernova model runtuhnya inti.
Ledakan SN 2005E terjadi di halo galaksi terisolasi yang dikenal sebagai NGC 1032, yang tidak lagi mendukung pembentukan bintang. "Kami tidak menemukan jejak formasi bintang. Itu hal dasar yang aneh tentang supernova ini," ujar peneliti dari Harvard University Center untuk Astrofisika, Hagai Perets.
Selain menemukan model baru supernova tersebut, peneliti juga menemukan model baru supernova yang mereka yakini juga sebagai sebuah keanehan, yakni pada supernova SN 2005cz. Supernova yang harusnya memiliki hasil dari keruntuhan inti dengan cara konvensional tersebut menunjukkan hal yang tidak seperti seharusnya.
Masalah yang mungkin dengan penafsiran ini adalah bahwa 2005cz terjadi dalam sebuah galaksi elips, NGC 4589. Di sini, bintang-bintang bermassa cukup untuk keruntuhan inti biasanya akan langka. Para peneliti menyebutkan bukti bahwa galaksi ini tengah menunjukkan tanda-tanda pembentukan bintang.
Perets mengatakan ia dan rekan-rekannya tidak menemukan bukti formasi bintang dekat 2005cz. Dia mengatakan supernova ini kemungkinan besar mirip dengan ledakan bintang kecil, seperti 2005E
Bayi Bintang
Teleskop Herschel berhasil memotret gambar sebuah bintang kolosal seukuran dengan matahari. "Bayi" bintang yang disebut-sebut sebagai Galaksi Bima Sakti raksasa sesungguhnya itu terlihat berkembang di dalam gelembung gas.
Gambar gelembung yang dikenal sebagai RCW 120, dipublikasikan beberapa hari menjelang peringatan satu tahun teleskop Eropa itu mengorbit. Sinar infra merah Herschel memancar untuk melihat material beku yang dilahirkan menjadi bintang-bintang.
Gambar RCW 120 akan membantu untuk menjelaskan bagaimana bintang besar tercipta. Raksasa di dalam gambar ini terlihat seperti gumpalan kecil di tepi bawah gelembung.
''Bayi'' bintang besar ini mungkin berusia tidak kurang dari sepuluh ribu tahun dan belum menyalakan pembakaran nuklir yang akan membentuknya sebagai dasar. Tapi beratnya sekitar 8- 10 kali dari matahari dan dikelilingi sekitar 200 material angkasa.
Jika lebih banyak gas dan debu terus berlanjut jatuh ke bintang, maka obyek itu memiliki potensi untuk menjadi salah satu Galaksi Bima Sakti raksasa sesungguhnya, dan akan terus berlanjut mempengaruhi lingkungan yang sangat pelik.
"Ini adalah bintang yang besar yang mengontrol pergerakan dan evolusi kimiawi galaksi,'' jelas ilmuwan Herschel Dr Annie Zavagno dari Laboratoire d'Astrophysique de Marseille.
"Ini adalah bintang besar yang menciptakan elemen yang berat seperti besi dan mereka mampu menempatkannya dalam media antar bintang. Dan karena mereka mengakhiri hidupnya dalam ledakan Supernova, mereka juga menyuntikan banyak tenaga kedalam galaksi,'' tambahnya
Memicu Kelahiran
Bayi bintang itu ''berhutang budi'' kepada bintang yang tidak terlihat, radiasi yang terbentuk bayangan sempurna dari gelembung. Dengan membuka selimut gas dan debu, bintang ini membangun kepadatan di lokasi baru, memicu kelahiran bintang baru.
Teori saat ini berkembang formasi bintang-bintang yang "berjuang" untuk menjadi obyek yang lebih besar dari 10 kali dari ukuran matahari bisa tercipta. Kilatan cahaya yang mereka pancarkan sepertinya meledak saat awan bintang lahir, membatasi perkembangan mereka.
Para astronom mengetahui kalau banyak bintang yang berukuran 120 kali lebih besar dari matahari kita. Namun, sangat sulit melacak keberadaan bintang-bintang tersebut.
Kemampuan unik Herschel adalah sistem kerja sinar infra merah jarak jauh dan dengan batas antara sub-milimeter sekitar 55 hingga 672 mikro, yang berarti bisa melihat proses fisik yang lebih baik dari teleskop lain.
Hubble sebagai contoh, yang menggunakan sensor penglihatan dan sinar infra merah jarak dekat, tidak memiliki data rinci atas gambar tersebut.
Ilmuwan berharap penglihatan Herschel bisa memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memperbaiki model sebelumnya.
Teleskop senilai miliaran euro buatan Badan Luar Angkasa Eropa ini dikirim ke orbit dengan roket Ariane pada tanggal 14 Mei tahun lalu. Berlokasi jauh dari Bumi, namun teleskop Herschel memberikan pemandangan yang jelas tentang luar angkasa.(*)
Bintang Pemangsa Planet
Teleskop Hubble berhasil menangkap gambar bintang pemangsa planet. Jika terus dilahap, planet tinggal punya waktu 10 juta tahun lagi sebelum akhirnya habis tidak bersisa.
Planet yang diberi nama Wasp- 12b letaknya dekat dengan si bintang predator. Seperti tengah melahap mangsa, bintang ini terus menyerap material planet Wasp- 12b.Posisi bintang cukup jauh dari jarak bidik maksimal teleskop Hubble sehingga gambar tidak terlihat jelas. Itulah sebabnya ilmuwan menyalin data utuh Hubble, kemudian digambarkan kembali lewat program komputer.
Potret bintang yang tengah melahap planet ini sudah diterbitkan dalam Jurnal Astrofisika. Wasp-12b merupakan salah satu planet bersuhu superpanas. Planet ini berada 600 tahun cahaya dari bumi.Wasp-12b merupakan planet kurcaci. Planet ini berada pada konstelasi Auriga. Menurut ilmuwan, panas Wasp-12b bisa mencapai 1.500 derajat Celsius. Karena jaraknya sangat dekat dengan bintang pemangsa, atmosfer planet menggelembung sebesar tiga kali dari radius planet Yupiter.
Carole Haswell dari Universitas Terbuka, Inggris menjadi pemimpin investigasi bintang pemangsa planet. Sejauh yang ditemukan timnya, planet memiliki material berawan yang sangat tebal. “Material berawan yang melingkari planet ini mulai dilahap bintang,”terang Haswell.
Teleskop Hubble merupakan perangkat kebanggaan Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (AS) atau NASA.Teleskop berusia 20 tahun ini telah memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan kosmos (semesta).Hubble telah membantu manusia untuk menangkap imajinasi tentang astronomi.Ratusan gambar galaksi berhasil dibidik
Zaman Batu
Zaman Batu adalah masa zaman prasejarah yang luas, ketika manusia menciptakan alat dari batu (karena tak memiliki teknologi yang lebih baik). Kayu, tulang, dan bahan lain juga digunakan, tetapi batu (terutama flint) dibentuk untuk dimanfaatkan sebagai alat memotong dan senjata. Istilah ini berasal sistem tiga zaman. Zaman Batu sekarang dipilah lagi menjadi masa Paleolitikum, Mesolitikum, dan Neolitikum, yang masing-masing dipilah-pilah lagi lebih jauh
Zaman Es
Zaman es adalah waktu suhu menurun dalam jangka waktu yang lama dalam iklim bumi, menyebabkan peningkatan dalam keluasan es di kawasan kutub dan gletser gunung. Secara geologis, zaman es sering digunakan untuk merujuk kepada waktu lapisan es di belahan bumi utara dan selatan; dengan denifisi ini kita masih dalam zaman es. Secara awam, dan untuk waktu 4 juta tahun kebelakangan, definisi zaman es digunakan untuk merujuk kepada waktu yang lebih dingin dengan tutupan es yang luas di seluruh benua Amerika Utara dan Eropa.
Penyebab terjadinya zaman es salah satunya adalah akibat terjadinya proses pendinginan aerosol yang sering menimpa planet bumi. Letusan gunung Krakatau adalah salah satu contohnya dalam skala kecil sedangkan salah satu teori kepunahan dinosaurus (tumbukan Chicxulub) adalah salah satu contoh skala besar
=Zaman Es Terakhir=
Dari segi pandang sudut di atas, zaman es terakhir dimulai sekitar 20.000 tahun yang lalu dan berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu atau pada awal kala Holocene (akhir Pleistocene). Proses pelelehan es di zaman ini berlangsung relatif lama dan beberapa ahli membuktikan proses ini berakhir sekitar 6.000 tahun yang lalu.
Penyebab terjadinya zaman es salah satunya adalah akibat terjadinya proses pendinginan aerosol yang sering menimpa planet bumi. Letusan gunung Krakatau adalah salah satu contohnya dalam skala kecil sedangkan salah satu teori kepunahan dinosaurus (tumbukan Chicxulub) adalah salah satu contoh skala besar
=Zaman Es Terakhir=
Dari segi pandang sudut di atas, zaman es terakhir dimulai sekitar 20.000 tahun yang lalu dan berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu atau pada awal kala Holocene (akhir Pleistocene). Proses pelelehan es di zaman ini berlangsung relatif lama dan beberapa ahli membuktikan proses ini berakhir sekitar 6.000 tahun yang lalu.
Sunday, 23 May 2010